Rasanya setelah buka SIM? Galau parah. Berasa di kepung masa lalu. Ga ada yang bisa nolongin dari kepungan tersebut, kecuali "Dia" sendiri. Siksaan batin banget. Nggak cukup itu. Setan-setan flashback rupanya masih bertindak keras untuk membuat gue galau. Niatnya pengen tweeting biar bisa ngilangin rasa macem ini. Tau-tau lagi gue ngesearch namanya "Dia". Dan..... FAIL! Semuanya tambah kacau. Stalking mengantarkan gue ke alam mellow lebih dalam.
Setelah cukup nyesek buka twitter, gue buka Facebook. Stalking beranda kira-kira udah 3 page dan 1!@#$%^&* status 4l4Y yang (berhasil) gue baca. Tapi gue liat temen gue lagi nge-like catatan temen dia yang gue kenal juga, dan kebetulan notenya juga menarik untuk dibaca. Di dalam notenya terdapat 2 bait puisi:
Ketia senyummu menggetarkan jiwa
Ketika parasmu menjadi yang terindah di dunia
Ketika kata-katamu lebih indah dari seribu alunan nada
Ketika pandanganmu sejuk terasa
Saat aku cemburu kau bersamanya
Saat memiliimu adalah hal yang ku cita
Saat bersamamu adalah hal paling berharga
Aku sempat yakin bahwa aku mencintaimu
(Source: Annas)
Matilah gue. Buang-buang air mata banget nangisin "Dia". Padahal air mata gue kalo mau gue jual nih, bisa jadi milyader kali (bohong banget). Gue sama dia itu bagaikan "pungguk merindukan bulan". Walaupun temen-temen gue bilang gue klop banget sama "Dia", tapi gue ga yakin temen gue itu tulus ngomong gitu atau hanya kasihan semata. Mungkin karena dia seperti Pi. Pi adalah konstanta irasional. Tetap di hatiku walau tak masuk akal.
-otak gue dibajak-

Tidak ada komentar:
Posting Komentar